Udah pernah denger donk slogan "Be Your Self" ? Yup, pada situasi yang tepat, slogan ini berhasil untuk meningkatkan semangat dan rasa percaya diri seseorang. Tapi di lain sisi, slogan ini seringkali menjadi alasan untuk menolak nasehat yang baik. Misal nih, ada orang yang suka teriak-teriak. Trus di kasih nasehat untuk mengurangi frekuensi teriak-teriaknya lalu ia berdalih, " ini nih udah style gue, just be my self" Nah lo, bengong dah yang nasehatin.
Lain waktu ada orang yang males mandi, males ngaji, males silaturahmi tapi anehnya dia gak males makan apalagi gratisan. Kalo dikasih masukan, kalimat ajaib yang suka keluar. "Aku tuh udah bawaannya kayak gini, gak mungkin dirubah"
Apalagi kalau ada muslimah yang doyannya pake celana, baju ketat, walaupun udah pake jilbab. "Terserah gue donk, ini kan udah ciri khas gue" Hhhhhhhh.....
Padahal, sifat manusia bahkan yang bawaan sekalipun bisa berubah lhoooo... Caranya?
ya melatih diri untuk menjadi yang lebih baik.
Pengalaman nih ya. Dulu, waktu masih TK-SD, aku tuh orangnya egois buanget. Apa-apa maunya menang sendiri, punya apa-apa gak pernah mau dibagi. Waktu SMP, semua mulai berubah. Waktu ituaku masuk ke SMP favorit yang notabene siswanya kebanyakan anaknya orkay. Kalau gak kaya, berarti harus pinter, cantik or baek banget biar bisa dapet temen. Disitulah awal mula aku berusaha mati-matian jadi "orang baek". Hehehe. Di usia puber belajar sabar, murah senyum, berbagi, membantu orang, menyenangkan, dan mendengarkan tentu bukan hal yang mudah. Saat itu aku sering merasa menjadi orang lain, not be my self. Tapi aku mikir, kalo diriku yang asli buruk, kenapa harus kupertahankan. Jadilah aku orang yang memaksakan diri menjadi orang baik. Pura-pura selalu tersenyum walaupun lagi jengkel, pura-pura senang bisa berbagi, pura-pura tertawa saat ada yang melucu, dan pura-pura yang lainnya. Sampai akhirya aku lupa kapan terakhir aku berpura-pura, dan menemukan "new my self". Sekarang, melakukan semuanya itu sudah menjadi kebiasaan, bukan keterpaksaan lagi. Wow, aku bersyukur saat itu memilih tidak menjadi diriku sendiri.
Ternyata, dalam agama pun ada tuntunannya lho, yaitu dalam hal "memperbaiki akhlak. apakah bisa, sifat yang menjadi bawaan dari kecil berubah? Yang menjadi patokannya adalah hadist :
”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).
Bila Rasulullah SAW ditugaskan untuk memperbaiki akhlak manusia, berarti kan akhlak merupakan sesuatu yang bisa dirubah, diperbaiki. Tidak mungkin syariat menyuruh sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan.
Contoh nyatanya adalah sahabat Umar bin Khattab RA. Perangai beliau sebelum masuk Islam terkenal sangat buruk, namun setelah menjadi pengikut Rasulullah SAW, beliau menjadi salah seorang muslim yang paling baik akhlaknya.
Lalu bagaimana caranya agar akhlak buruk kita dapat berubah? tentu dengan pembelajaran, pemahaman dan latihan.
Teringat ketika awal belajar ngaji dulu, oleh guru ngaji diberlakukan mutaba'ah atau laporan ibadah mingguan. Setiap sebulan sekali dibeberkan dan dibahas dalam kelompok tentang "rapot" ibadah kita. Berapa kali shaum, tahajud, dhuha, berapa juz tilawah, berapa ayat yang dihafal. Awalnya sungguh merasa terpaksa. Melakukan ibadah-ibadah secara terpaksa karena malu kalau sampai menjadi peringkat terendah dalam kelompok. Saat itu, hati kecil juga menentang, memberontak. Ibadah kok di target, di laporin, dibahas. Jadi riya donk.
Tapi seiring berjalan waktu, baru terasa hasilnya. Bahkan ketika rapot itu sudah tidak lagi dipertanyakan, amalan-amalan yang sebelumnya rutin dilakukan karena terpaksa, menjadi hampa bila bila ditinggalkan karena sudah terbiasa. Bahkan semakin hari semakin terasa nikmat karena menjadi kebutuhan, bukan lagi kewajiban.
So, sebagai manusia yang tidak ingin merugi, sudah semestinya kita menjauhkan ego "just be my self" ketika mendapat nasehat baik dari orang lain dan berusaha menjadi yang terbaik dan lebih baik dari sebelumnya. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar