Nyempluk

Selasa, 06 Oktober 2015

Sigmun Freud Vs Luqman Hakim




Bismillahirrohmaanirrohiim

Catatan ini saya buat, setelah membaca link yang di share suami saya dari sebuat situs yang akhir-akhir ini sering kami kunjungi.

Kenapa situs itu sering kami kunjungi? Awalnya karena banyak sekali kisah-kisah tauladan dan penuh hikmah di dalamnya. Dalam situs itu pula banyak artikel-artikel yang berkaitan dengan fakta-fakta yang selama ini jauh sekali dari opini publik dan paradigma  saya. Seringkali, saya mengakhiri artikel yang saya baca di situs itu, dengan kata "Oooooooo... " yang panjang, isakan tangis menyadari kesalahan, Sms "I love u " untuk suami karena merasa betapa beruntungnya saya memiliki beliau, atau kadang dengan bergidik ngeri karena fakta yang baru saya sadari.

Kali ini saya mengakhiri artikel yang saya baca dengan Istighfar berkali-kali, menyadari bahwa hal yang saya yakini setidaknya 4 tahun ini salah.Pasalnya, saya membaca sebuah paragraf sebagai berikut :





Sekarang kita beralih kepada konsep parenting yang banyak dilakoni psikolog muslim saat ini. Mereka mengembangkan   apa yang disebut “Never Say No To Children”. Dalam konsep ini kita diharamkan untuk mengatakan jangan dan tidak kepada anak. Betul betul sebuah konsep yang menyesatkan.

Konsep ini dibangun oleh Sigmund Freud, psikoanalis dan pengikut sekte Kabbalah Shabbatai Sevi yang menyatakan keinginan tidak boleh dibatasi. Bahwa menyatakan larangan katanya hanya akan membunuh potensi anak dan cenderung mengantar anak ke jurang neurosis.

Padahal Islam adalah konsep yang mengandung larangan dan anjuran.
Masih ingatkah pembaca situslakalaka dengan kisah Luqmanul Hakim. Perhatikan nasehatnya pada sang anak, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya : “Hai anakku.. JANGANlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar..” (QS. Luqman 13)

Astaghfirullah...
Rekaman perjalanan saya selama 4 tahun ini langsung menari-nari di benak saya. Ketika kuliah  DIV dulu, saya mendapatkan mata kuliah Psikologi, dimana dosennya merupakan orang yang luar biasa menurut saya. Cara beliau mengajar dan didikannya, membuat saya membuka mata tentang konsep pendidikan anak. Setiap selesai perkuliahan beliau, saya selalu tertegun dan merasa begitu bersemangat untuk segera memiliki anak, ingin segera mempraktikkan ilmu-ilmu yang beliau ajarkan untuk mendampingi anak menjadi anak yang cerdas dan berkepribadian baik
Begitu besarnya pengaruh ilmu yang beliau ajarkan pada saya, membuat saya menambah satu lagi daftar cita-cita saya, ingin membuat sekolah usia dini dan perkembangan yang selain berdasarkan ajaran-ajaran islam, juga menerapkan ilmu-ilmu psikologi perkembangan.
Beberapa saat setelah saya lulus dan bekerja, saya dan orangtua saya mengikuti seminar kesehatan dengan pembicara para ahli di bidangnya. Salah satu materi dalam seminar tersebut adalah bagaimana mencapai perkembangan anak yang maksimal pada ‘golden age’s nya. Dan ternyata SALAH SATU  caranya pun SAMA dengan apa yang saya dapatkan dari dosen saya yang luar biasa di D IV dulu,

"NEVER SAY NO TO CHILDREN"

Hindari kalimat-kalimat negatif dalam membimbing anak, jangan pernah katakan "tidak" atau " jangan" karena sekali orangtua mengatakan  " jangan " maka akan menghentikan proses pembentukan ribuan jembatan yang menghubungkan sel-sel saraf, sehingga potensi untuk mengoptimalkan kemampuan otak yang katanya 95% terjadi pada masa Golden Ages, menjadi terhambat.

Dengan kata lain, semakin sering menggunakan kata "tidak" atau "jangan" pada anak, maka orangtuanyalah yang bertanggung jawab jika kelak anaknya menjadi tidak kreatif, berintelegensi rendah, dsb.

Dengan ilmu-ilmu yang saya dapatkan dari para ahli tersebut, saya merasa amat yakin bahwa hal tersebut benar, dan patut diajarkan kepada anak-anak saya, para mahasiswa yang saya didik. Kebetulan , saya mengajar mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Neonatus, bayi dan anak balita, pas sekali untuk dimasukkan di materi perkembangan anak.

Tetapi, membaca artikel diatas saya merasa sadar, bahwa apa yang saya pahami dan saya transfer selama ini salah.

Sekali lagi, " NEVER SAY NO TO CHILDREN" hanya SALAH SATU upaya mengoptimalkan potensi anak, bukan satu-satunya, masih banyak upaya lain yang sampai detik ini masih saya anggap benar, seperti stimulasi kemampuan anak, 30 menit mendampingi anak, dsb. Saat ini yang saya pahami,  bahwa hanya "Never say no to children" lah yg salah. Sedang yang lainnya dapat saya terima kebenarannya. tapi tidak menutup kemungkinan di kemudian hari saya menemukan fakta bahwa bisa saja yang lain juga salah. 
Kebenaran manusia sifatnya relatif  bukan? Hari ini benar bisa saja besok salah. Kebenaran Absolut hanya milik Allah SWT.

Sekarang, kenapa saya menganggap "NEVER SAY NO TO CHILDREN" itu SALAH?
Alasan yang sangat sederhana..
KARENA LUQMAN MEMBERI NASEHAT KEPADA ANAKNYA MENGGUNAKAN KATA JANGAN, DAN ITU DIABADIKAN ALLAH SWT DALAM AL QURAN
Bahkan ada tiga larangan Luqman kepada anaknya dalm nasehatnya
1. Janganlah kamu mempersekutukan Allah ( QS : 31:13 )
2. Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong ( QS : 31 : 18 )
3. Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh ( QS : 31 : 18 )

Nyata-nyata Luqmanul Hakim yang mulia, yang keteladanannya dalam mendidik anak diabadikan Allah dalam Al Qur'an, mengatakan "Jangan"

Bagi saya, tidak ada fakta ilmiah manapun yang bisa mengalahkan kebenaran Al Qur'an

Hal ini juga saya sadari ketika beberapa hari yang lalu, saya dan suami  membahas tentang mukjizat Rasulullah SAW yang dapat membelah bulan, yang artikelnya juga terdapat di situs tersebut. Artikel itu membahas tentang ilmuwan yang mendapatkan foto-foto bulan yang menjadi bukti bahwa bulan memnag benar-benar pernah terbelah, membuktikan ayat Al Qur'an :

“Telah dekat datangnya saat itu dan Telah terbelah bulan [1434]. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus”. Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya[1435].” (QS. Al-Qamar : 1-3)

Subhahanallah.. betapa senangnya saya saat itu, mendapatkan satu lagi kebenaran Alqur'an yang terbukti secara ilmiah, melengkapi fakta-fakta ilmiah yang lain mengenai Alqur'an.

Tapi setelah saya browse tentang hal tersebut, ada artikel lain yang mengatakan bahwa gambar-gambar tersebut belum cukup untuk membuktikan bahwa bulan memang pernah terbelah di masa yang silam. Awalnya saya merasa bahwa artikel yang ditulis seorang muslim tersebut bermaksud untuk membantah mukjizat Rasulullah SAW, atau mengacaukan kayakinan umat muslim, tapi betapa terkejutnya saya ketika di akhir artikel beliau menuliskan...

Bagi kita, yang mengimani Allah, ayat tersebut harus dipercayai. Ditambah lagi ada hadits shahih yang menyatakan memang demikian. Jikalau belum ada bukti yang kita inginkan, tidak seharusnya kita mengurangi keimanan. Allah Maha Kuasa untuk membelah bulan. Dan Ia pun kuasa untuk menyatukannya kembali, dengan atau tanpa bekas. Semuanya mudah bagi Allah.

Subhanallah... Iman!
itulah kuncinya.. mengimani kitab Allah tanpa syarat.
Karena seperti yang dikatakan penulis artikel tersebut, Allah berkuasa terhadap segala sesuatu, dengan bukti atau tanpa bekas.
Terlepas dari benar atau tidak benarnya para penulis dan para ilmuwan-ilmuwan dan para guru-guru saya ( saya yakin guru saya berusaha memberikan yang terbaik yang ia yakini pada mahasiswanya ), terlepas dari muslim atau bukan, terlepas dari niat mereka menulis berbagai artikel tersebut, saya tersadar pada satu hal ....

                                                     Dalam memutuskan kebenaran, kembalilah pada Kitabmu...

Ilmu manusia bisa berkembang, dulu bumi datar itu benar, sekarang salah, dulu episiotomi wajib, sekarang tidak, dan banyak hal lainnya... Ilmu manusia itu relatif, yang absolut hanya Ilmu dari Allah.

Karena itulah ketika timbul pertanyaan dalam benak saya mengenai Sigmun Freud Vs Luqman Hakim mengenai cara mendidik anak, jelas Logika dan Hati saya memilih Luqman Hakim, yang nasehatnya tertulis dalam Al Qur'an...

Karena itulah saya jadi beristighfar berkali-kali setelah membacanya... teringat 4 angkatan mahasiswa yang pernah saya ajar tentang " NEVER SAY NO TO CHILDREN"

Untuk itu, dalam catatan ini pula, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada guru-guru saya, saya menyampaikan maaf saya yang sedalam-dalamnya kepada mahasiswa saya  semua... yang menyimak maupun yang tidak menyimak atau siapa pun yang pernah mendengar teori itu dari saya.. 

Pilihan itu ada pada Anda, saya hanya menyampaikan ralat dari apa yang pernah saya ajarkan setelah saya meyakini bahwa hal itu tidak benar dari kacamata saya. Bila Anda sependapat dengan saya, mohon untuk memberitahukan hal ini pada rekan Anda. Saya merasa ini adalah beban dan tanggung jawab saya pada Anda, semoga Allah mengampuni saya dan senantiasa menunjukkan kebenaran yang hakiki pada kita semua. Aamiin

1 komentar:

  1. Keren.... tidak ada pemahaman dan kebenaran mutlak bagi manusia.Dan jangan berpikir bahwa sejatinya kita yang mendidik anak. Allahlah yang mendidik mereka. Kita para orang tua hanya mengikuti atau menguntiti. Soal anak akan menjadi apa nantinya, itu bukan urusan yang primer sekali. Dikawal saja anak-anak itu. Juga harus punya reeserve kesadaran, bahwa terkadang diusahakan seperti apapun, nanti bisa kalah dengan yang namanya nasib.

    BalasHapus