Bismillahirrohmaanirrohiim
Catatan ini saya buat, setelah membaca link yang
di share suami saya dari sebuat situs yang akhir-akhir ini sering kami
kunjungi.
Kenapa situs itu sering kami kunjungi? Awalnya
karena banyak sekali kisah-kisah tauladan dan penuh hikmah di dalamnya. Dalam
situs itu pula banyak artikel-artikel yang berkaitan dengan fakta-fakta yang
selama ini jauh sekali dari opini publik dan paradigma saya. Seringkali,
saya mengakhiri artikel yang saya baca di situs itu, dengan kata
"Oooooooo... " yang panjang, isakan tangis menyadari kesalahan, Sms
"I love u " untuk suami karena merasa betapa beruntungnya saya
memiliki beliau, atau kadang dengan bergidik ngeri karena fakta yang baru saya sadari.
Kali ini saya mengakhiri artikel yang saya baca
dengan Istighfar berkali-kali, menyadari bahwa hal yang saya yakini setidaknya
4 tahun ini salah.Pasalnya, saya membaca sebuah paragraf sebagai berikut :
Sekarang kita beralih kepada konsep parenting
yang banyak dilakoni psikolog muslim saat ini. Mereka mengembangkan
apa yang disebut “Never Say No To Children”. Dalam konsep ini kita diharamkan untuk
mengatakan jangan dan tidak kepada anak. Betul betul sebuah konsep yang
menyesatkan.
Konsep ini dibangun oleh Sigmund Freud,
psikoanalis dan pengikut sekte Kabbalah Shabbatai Sevi yang menyatakan
keinginan tidak boleh dibatasi. Bahwa menyatakan larangan katanya hanya akan membunuh
potensi anak dan cenderung mengantar anak ke jurang neurosis.
Padahal Islam adalah konsep yang mengandung
larangan dan anjuran.
Masih ingatkah pembaca situslakalaka dengan kisah
Luqmanul Hakim. Perhatikan nasehatnya pada sang anak, “Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya :
“Hai anakku.. JANGANlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar..” (QS. Luqman
13)
Astaghfirullah...
Rekaman perjalanan saya selama 4 tahun ini
langsung menari-nari di benak saya. Ketika kuliah DIV dulu, saya mendapatkan mata kuliah
Psikologi, dimana dosennya merupakan orang yang luar biasa menurut saya. Cara
beliau mengajar dan didikannya, membuat saya membuka mata tentang konsep
pendidikan anak. Setiap selesai perkuliahan beliau, saya selalu tertegun dan
merasa begitu bersemangat untuk segera memiliki anak, ingin segera
mempraktikkan ilmu-ilmu yang beliau ajarkan untuk mendampingi anak menjadi anak
yang cerdas dan berkepribadian baik
Begitu besarnya pengaruh ilmu yang beliau ajarkan
pada saya, membuat saya menambah satu lagi daftar cita-cita saya, ingin membuat
sekolah usia dini dan perkembangan yang selain berdasarkan ajaran-ajaran islam,
juga menerapkan ilmu-ilmu psikologi perkembangan.
Beberapa saat setelah saya lulus dan bekerja,
saya dan orangtua saya mengikuti seminar kesehatan dengan pembicara para ahli
di bidangnya. Salah satu materi dalam seminar tersebut adalah bagaimana
mencapai perkembangan anak yang maksimal pada ‘golden age’s nya. Dan ternyata SALAH
SATU caranya pun SAMA dengan apa yang saya dapatkan dari dosen
saya yang luar biasa di D IV dulu,
"NEVER SAY NO TO CHILDREN"
Hindari kalimat-kalimat negatif dalam membimbing
anak, jangan pernah katakan "tidak" atau " jangan" karena
sekali orangtua mengatakan " jangan " maka akan menghentikan
proses pembentukan ribuan jembatan yang menghubungkan sel-sel saraf, sehingga
potensi untuk mengoptimalkan kemampuan otak yang katanya 95% terjadi pada masa
Golden Ages, menjadi terhambat.
Dengan kata lain, semakin sering menggunakan kata
"tidak" atau "jangan" pada anak, maka orangtuanyalah yang
bertanggung jawab jika kelak anaknya menjadi tidak kreatif, berintelegensi
rendah, dsb.
Dengan ilmu-ilmu yang saya dapatkan dari para
ahli tersebut, saya merasa amat yakin bahwa hal tersebut benar, dan patut
diajarkan kepada anak-anak saya, para mahasiswa yang saya didik. Kebetulan ,
saya mengajar mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Neonatus, bayi dan anak balita,
pas sekali untuk dimasukkan di materi perkembangan anak.
Tetapi, membaca artikel diatas saya merasa sadar,
bahwa apa yang saya pahami dan saya transfer selama ini salah.
Sekali lagi, " NEVER SAY NO TO
CHILDREN" hanya SALAH SATU upaya mengoptimalkan potensi anak, bukan
satu-satunya, masih banyak upaya lain yang sampai detik ini masih saya anggap
benar, seperti stimulasi kemampuan anak, 30 menit mendampingi anak, dsb. Saat
ini yang saya pahami, bahwa hanya "Never say no to children"
lah yg salah. Sedang yang lainnya dapat saya terima kebenarannya. tapi tidak
menutup kemungkinan di kemudian hari saya menemukan fakta bahwa bisa saja yang
lain juga salah.
Kebenaran manusia sifatnya relatif bukan? Hari ini benar bisa saja besok salah.
Kebenaran Absolut hanya milik Allah SWT.
Sekarang, kenapa saya menganggap "NEVER SAY
NO TO CHILDREN" itu SALAH?
Alasan yang sangat sederhana..
KARENA LUQMAN MEMBERI NASEHAT KEPADA ANAKNYA
MENGGUNAKAN KATA JANGAN, DAN ITU DIABADIKAN ALLAH SWT DALAM AL QURAN
Bahkan ada tiga larangan Luqman kepada anaknya
dalm nasehatnya
1. Janganlah kamu mempersekutukan Allah ( QS :
31:13 )
2. Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
karena sombong ( QS : 31 : 18 )
3. Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh ( QS : 31 : 18 )
Nyata-nyata Luqmanul Hakim yang mulia, yang
keteladanannya dalam mendidik anak diabadikan Allah dalam Al Qur'an, mengatakan
"Jangan"
Bagi saya, tidak ada fakta ilmiah manapun yang
bisa mengalahkan kebenaran Al Qur'an
Hal ini juga saya sadari ketika beberapa hari
yang lalu, saya dan suami membahas tentang mukjizat Rasulullah SAW yang
dapat membelah bulan, yang artikelnya juga terdapat di situs tersebut. Artikel
itu membahas tentang ilmuwan yang mendapatkan foto-foto bulan yang menjadi
bukti bahwa bulan memnag benar-benar pernah terbelah, membuktikan ayat Al
Qur'an :
“Telah dekat datangnya saat itu dan Telah
terbelah bulan [1434]. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu
tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus
menerus”. Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang
tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya[1435].” (QS. Al-Qamar : 1-3)
Subhahanallah.. betapa senangnya saya saat itu,
mendapatkan satu lagi kebenaran Alqur'an yang terbukti secara ilmiah,
melengkapi fakta-fakta ilmiah yang lain mengenai Alqur'an.
Tapi setelah saya browse tentang hal tersebut,
ada artikel lain yang mengatakan bahwa gambar-gambar tersebut belum cukup untuk
membuktikan bahwa bulan memang pernah terbelah di masa yang silam. Awalnya saya
merasa bahwa artikel yang ditulis seorang muslim tersebut bermaksud untuk
membantah mukjizat Rasulullah SAW, atau mengacaukan kayakinan umat muslim, tapi
betapa terkejutnya saya ketika di akhir artikel beliau menuliskan...
Bagi kita, yang mengimani Allah, ayat tersebut
harus dipercayai. Ditambah lagi ada hadits shahih yang menyatakan memang
demikian. Jikalau belum ada bukti yang kita inginkan, tidak seharusnya kita
mengurangi keimanan. Allah Maha Kuasa untuk membelah bulan. Dan Ia pun kuasa
untuk menyatukannya kembali, dengan atau tanpa bekas. Semuanya mudah bagi Allah.
Subhanallah... Iman!
itulah kuncinya.. mengimani kitab Allah tanpa
syarat.
Karena seperti yang dikatakan penulis artikel
tersebut, Allah berkuasa terhadap segala sesuatu, dengan bukti atau tanpa
bekas.
Terlepas dari benar atau tidak benarnya para
penulis dan para ilmuwan-ilmuwan dan para guru-guru saya ( saya yakin guru saya
berusaha memberikan yang terbaik yang ia yakini pada mahasiswanya ), terlepas
dari muslim atau bukan, terlepas dari niat mereka menulis berbagai artikel
tersebut, saya tersadar pada satu hal ....
Dalam memutuskan kebenaran, kembalilah pada Kitabmu...
Ilmu manusia bisa berkembang, dulu bumi datar itu
benar, sekarang salah, dulu episiotomi wajib, sekarang tidak, dan banyak hal
lainnya... Ilmu manusia itu relatif, yang absolut hanya Ilmu dari Allah.
Karena itulah ketika timbul pertanyaan dalam
benak saya mengenai Sigmun Freud Vs Luqman Hakim mengenai cara mendidik anak, jelas
Logika dan Hati saya memilih Luqman Hakim, yang nasehatnya tertulis dalam Al
Qur'an...
Karena itulah saya jadi beristighfar berkali-kali
setelah membacanya... teringat 4 angkatan mahasiswa yang pernah saya ajar
tentang " NEVER SAY NO TO CHILDREN"
Untuk itu, dalam catatan ini pula, tanpa
mengurangi rasa hormat saya pada guru-guru saya, saya menyampaikan maaf saya
yang sedalam-dalamnya kepada mahasiswa saya semua... yang menyimak maupun
yang tidak menyimak atau siapa pun yang pernah mendengar teori itu dari
saya..
Pilihan itu ada pada Anda, saya hanya
menyampaikan ralat dari apa yang pernah saya ajarkan setelah saya meyakini
bahwa hal itu tidak benar dari kacamata saya. Bila Anda sependapat dengan saya,
mohon untuk memberitahukan hal ini pada rekan Anda. Saya merasa ini adalah
beban dan tanggung jawab saya pada Anda, semoga Allah mengampuni saya dan
senantiasa menunjukkan kebenaran yang hakiki pada kita semua. Aamiin
Keren.... tidak ada pemahaman dan kebenaran mutlak bagi manusia.Dan jangan berpikir bahwa sejatinya kita yang mendidik anak. Allahlah yang mendidik mereka. Kita para orang tua hanya mengikuti atau menguntiti. Soal anak akan menjadi apa nantinya, itu bukan urusan yang primer sekali. Dikawal saja anak-anak itu. Juga harus punya reeserve kesadaran, bahwa terkadang diusahakan seperti apapun, nanti bisa kalah dengan yang namanya nasib.
BalasHapus